Selasa, 8 Januari 2013

menyatukan perbedaan lewat harmoni

Musik adalah bahasa universal. Musik mampu berbicara dan menyentuh banyak jiwa tanpa harus terpaku pada aturan tertentu yang kaku. Karena itu pula lah musik menjadi media yang pas dalam menyampaikan sebuah misi apalagi di tengah bulan ibadah seperti Ramadhan sekarang ini.
Hadir di sebuah konser yang ditangani nama besar Erwin Gutawa dan Jay Subiakto adalah jaminan kepuasan. Puas dengan musik berkualitas yang terdengar di telinga. Puas pula dengan tampilan artistik yang disajikan selama musik-musik yang indah kita nikmati. Mata, telinga, hati semua mendapat porsi hiburan masing-masing. Itu juga yang kami dapatkan saat hadir di konser “Ramadhan in Harmony 2012” oleh Erwin Gutawa Orchestra Sabtu lalu di Plenary Hall – JCC.
Dimulai 45 menit lebih lambat dari jadwal seharusnya, pembukaan konser ini megah dengan aransemen Salawat yang indah dan santun seiring tirai panggung turun dan menunjukkan kelompok orchestra yang cukup lengkap bersama tim paduan suara di sisi kiri dan kanan panggung. Nuansa padang pasir terasa di mana-mana. Mulai dari musik, visual panggung, hingga kostum penyanyi, pemain musik dan tim paduan suara.
Kolaborasi kreatif Erwin Gutawa dan Jay Subiakto yang selalu mengangkat seni dan budaya Indonesia dibarengi dengan visi toleransi keyakinan dan berbudaya di Indonesia. Konser malam itu menghadirkan kesenian Pela Gandong dari Ambon, permainan kelompok angklung, juga penampilan Adzan Pitu yang magis.
Penyanyi lintas kepercayaan terlihat tampil di atas panggung yang semakin memantapkan racikan konser “Ramadhan in Harmony.” Glenn Fredly, Marcell, Bimbo, Rossa, Gita Gutawa, Dira Sugandi, dan Gigi adalah sebagian penyanyi yang menyemarakkan konser yang berlangsung selama kurang lebih dua jam tersebut.

Sumber :http://www.fimela.com/read/2012/08/13/menyatukan-perbedaan-lewat-%E2%80%9Cramadhan-in-harmony%E2%80%9D

Ketika Angklung Menyatukan Perbedaan

 
IMG_5551 Kekayaan budaya dan kesenian Indonesia sering membuat negara lain kagum dan berusaha untuk dapat belajar banyak dari Negara kita. Banyak dari budaya dan kesenian kita lahir dari permainan lokal rakyat, yang kemudian menjadi budaya nasional, seperti Angklung.
Angklung identik dengan musik kesenian daerah khas Jawa Barat, akan tetapi pada jaman dahulu di beberapa daerah seperti Bali, Madura dan Kalimantan Selatan, kesenian Angklung juga digunakan untuk mengiringi upacara-upacara sakral seperti ngaben di Bali, arak-arakan di Madura dan tari kuda gepang di Kalimantan Selatan Atau bahkan di Serang, digunakan sebagai pengiring mantera pengobatan orang sakit atau menolak wabah penyakit.
Sejak kapan Angklung muncul masih belum bisa diketahui secara pasti, namun Angklung tertua dengan usia mencapai 400 tahun, merupakan Angklung Gubrag yang dibuat di Jasinga, Bogor, Jawa Barat.
Daeng Soetigna, lahir di Garut 13 Mei 1908 dan menetap di Kabupaten Kuningan, adalah orang yang berhasil mengembangkan Angklung menjadi Angklung diatonis (Angklung modern) yang sekarang dikenal secara internasional. Beliau dikenal sebagai the father of Angklung. Tokoh penting lain dalam perkembangan Angklung modern di Jawa Barat adalah Udjo Ngalagena. Berkat usaha kerja keras dari kedua tokoh ini, maka Angklung saat ini dapat disejajarkan dengan musik barat. Terkenalnya musik tradisional angklung Jawa Barat ini membuat banyak pihak dari Negara lain mengklaim bahwa Angklung adalah tradisi kesenian lokal mereka.
IMG_5541 Ditengah maraknya pengklaiman musik Angklung, SMP Santo Yusup Bandung, mendapat kehormatan untuk menunjukan kepiawaian siswa-siswanya dalam memainkan Angklung di Singapura pada kegiatan “1st Singapore Angklung Symposium” yang diselenggarakan di Raflles Girls’ School, tanggal 16-17 Juni 2008. Pertunjukan konser Angklung ini mendapatkan sambutan luar biasa meriah dari perwakilan/peserta, khususnya dari 10 sekolah di Singapura.
Perbedaan bentuk-bentuk fisik angklung mampu disatukan dalam harmonisasi nada yang indah. Peserta dibuat terpukau dan kagum dengan kecekatan siswa siswi SMP Santo Yusup memainkan lagu-lagu daerah Indonesia, lagu-lagu barat sampai musik klasik dengan angklung. Suatu prestasi yang cukup diacungkan jempol.
Keberhasilan 31 siswa siswi SMP Santo Yusup tidak terlepas dari keterlibatan Kepala Sekolah, Guru dan Pemangku Kepentingan dilingkup jajaran SMP Santo Yusup. Kegiatan ekstrakulikuler yang bukan saja menumbuh kembangkan minat siswa siswi dalam musik tradisional Angklung, tetapi mampu membuat siswa siswi SMP Santo Yusup mencintai dan menyadari peran mereka dalam melestarikan musik Angklung. Tidak hanya itu, Angklung mampu menyatukan perbedaaan ras dan budaya siswa siswi dalam ketukan nada-nada yang mampu membuat kita terhanyut dalam keharuan.
Hal yang perlu dicontoh bagaimana kegiatan ekstrakulikuler yang tadinya hanya merupakan kegiatan internal sekolah, mampu berkembang menjadi andalan dan kebanggaan sekolah secara eksternal. Bhineka Tunggal Ika dapat terlihat ketika Angklung menyatukan perbedaan dalam ketukan irama secara harmoni.


Sumber : http://blogyss.blogspot.com/2011/05/ketika-angklung-menyatukan-perbedaan.html

Dengan Kesenian Suling, Aiptu Sahlan Merangkul Semua Element Masyarakat

Kecintaanya terhadap kesenian dan budaya sunda, Aiptu Sahlan (48) Kanit II SPKT Polres Cimahi tersebut, membuktikannya dengan dipercaya sebagai Ketua Yayasan Cimahi Lestari padaringan Seni dan Budaya Sunda. Dalam kepemimpinannya tersebut Aiptu Sahlan kerap kali merangkul anggotanya dari semua unsur masyarakat dan dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Yayasan Cimahi Leatari yang di pimpinnya tersebut menjadikanya sebagai wadah untuk mempersatukan semua elemen masyarakat yang ada di kota Cimahi.
“Semua ini saya lakukan karena kecintaan saya terhadap kesenian sunda dan dengan seni ini saya dapat mempersatukan perbedaan yang ada,” kata Aiptu Sahlan saat ditemui di Polres Cimahi beberapa waktu yang lalu. Lebih lanjut
Sahlan mengatakan, dengan berdirinya Yayasan Cimahi Lestari Padaringan Seni dan Budaya Sunda, yang baru seumur jagung tersebut diharapkan kedepan bisa mewadahi aspirasi masyarakat terhadap kesenian nusantara dan kebudayaan sunda di kota Cimahi.
“mudah-mudahan kedepan yayasan ini menjadi tolak ukur keberlangsungan kesenian Nusantara dan budaya sunda di kota Cimahi khususnya,” ujarnya. Menambahkan, kami pun merangkul setiap suku yang ada di Kota Cimahi untuk bersatu dalam mewujudkan keberagaman kesenian nusantara di Cimahi. “Suku Jawa, Batak, Padang dan yang lainnya bersatu dalam wadah ini,”jelasnya.
Selain itu, Yayasan Cimahi Lestari Padaringan Seni dan Budaya Sunda yang terletak di jalan Cihanjuang 154 Kelurahan Cimahi Utara tersebut mampu memproduksi alat-alat kesenian seperti Karinding, Kecapi, Celempung dan Gamelan. Serta alat-alat kesenian lainnya yang ada di seluruh nusantara. Sahlan menjelaskan, dengan dukungan dari semua pihak, kami yang beranggotakan 10 orang tersebut mampu menjalankan yayasan dengan baik dalam memproduksi.
“produksi yang kami hasilkan merupakan bentuk kecintaan kami akan kesenian dan budaya nusantara di Indonesia,” tegasnya. Sahlan menambahkan, produksi alat-alat kesenian tersebut disalurkan kebeberapa tempat yang ada di kota Cimahi. Namun, disisi lain kami berharap Yayasan Cimahi Lestari Padaringan seni dan Budaya Sunda ini mendapat dukungan dari pemerintah Kota Cimahi, semoga.

Seni Budaya Harus Jadi Pemersatu Bangsa


 
RETNO HY/"PRLM"
RETNO HY/"PRLM"
KONTINGEN dari Provinsi Jawa Timur banyak menarik perhatian karena selain menampilkan kemolekan penari topeng wanita juga atraksi barong dan arak-arakan musik dengan menggunakan properti berbentuk garuda.*
BANDUNG,(PRLM).-Kemilau Nusantara 2012 dinilai lebih gebyar dan semarak dibandingkan dengan pelaksanaan Kemilau Nusantara terdahulu. Keikutsertaan 21 provinsi dan 26 kota serta kabupaten di Jawa Barat menunjukan bahwa event tahunan seni, budaya dan pariwisata Kemilau Nusantara sudah menjadi acara unggulan di Indonesia selain acara serupa yang diselenggarakan di provinsi lain.
“Tahun 2012 ini Kemilau Nusantara lebih gemerlap dan lebih meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selain jumlah peserta yang banyak juga seni budaya yang ditampilkan lebih beragam,” ujar gubernur jabar Ahmad Heryawan dalam sambutanya.
Diungkapkan Ahmad Heryawan, ribuan jenis seni budaya yang ada di Indonesia merupakan warisan tidak ternilai harganya dan tidak dapat dinilai dengan uang berapapun jumlahnya. Karenanya segenap lapisan masyarakat bersama pemerintah dan stake holder mempunyai kewajiban untuk bersama-sam menjaga dan melestarikannya.
Ditegaskan Ahmad Heryawan, generasi muda harus memiliki komitmen yang kuat bahwa seni budaya sudah menjadi bagian dari kekayaan internasional.
“Semisal (kesenian) angklung yang sudah diakui dunia internasional,” ujar Ahmad Heryawan yang berharap seni budaya mampu mempersatukan perbedaan antar daerah dan menjadikan seni budaya sebagai benteng ketahanan nasional. (A-87/A-107)***

Sumber:http://www.pikiran-rakyat.com/node/206246

Seni Mampu Menyatukan Keragaman Bangsa

Jakarta, Griyawisata.Com -- Seni menjadi perwujudan inovasi dan kreativitas. Bagi para pelakunya, seni bahkan mampu menyatukan keragaman budaya bangsa.
Djarum Apresiasi Budaya tahun ini kembali menggelar pertunjukan "Indonesia Kita" sebagai upaya merayakan keberagaman Indonesia. "'Indonesia Kita' bertujuan merawat semangat 'menjadi Indonesia' yang menghargai jalan kebudayaan, toleran, dan pluralisme," kata Djaduk Ferianto, salah satu tim kreatif program "Indonesia Kita" saat jumpa pers di Grand Kemang Hotel, Jakarta Selatan, Selasa (22/5/2012).

Hal senada disampaikan oleh Butet Kartaredjasa, yang juga merupakan bagian dari tim kreatif program "Indonesia Kita". "Saat ini, orang-orang sudah tidak memercayai lagi keindonesiaan sehingga banyak terjadi krisis," tukasnya. "Mereka menganggap menyatukan bangsa bisa dengan berpolitik, namun bisa kita lihat hal itu juga gagal," tambahnya.

Butet mengatakan, seni dan budaya adalah cara yang tepat untuk menyatukan bangsa. "Proses menuju keindonesiaan bisa dengan kebudayaan dan seni. Dengan seni, kita bisa berdialog," ujar Butet.

Pertunjukan "Indonesia Kita" merupakan sebuah forum seni dan budaya yang percaya bahwa seni dan budaya mampu menjadi jalan bagi keberagaman untuk kembali berdialog secara kreatif, melahirkan, dan menumbuhkan semangat keindonesiaan yang lebih aktual dan relevan.

Tahun lalu, "Indonesia Kita" sukses dengan enam pertunjukan, yaitu Laskar Dagelan, Beta Maluku, Kartolo Mbalelo, Mak Jogi, Kutukan Kudungga, dan Kudal Nguntal Negara. Tahun ini, "Indonesia Kita" menyiapkan empat pertunjukan yang semuanya digelar di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, di antaranya Apel, I'm in love, Kabayan Jadi Presiden, Maling Kondang, dan Nyonya-Nyonya Istana. Pertunjukan pertama yang akan digelar adalah Apel, I'm in Love pada 26-27 Mei 2012.[i/n]

Sumbe : http://www.griyawisata.com/nasional/sumatera-island/artikel/seni-mampu-satukan-keragaman-budaya-bangsa